Belajar Menulis dari Bu Emi Sudarwati, Juara 1 Nasional Guru Inobel dan Telah Menerbitkan Lebih Dari 460 Buku ber-ISBN
Belajar Menulis Gelombang 12
Pertemuan 4 : Senin, 8 Juni 2020
Waktu : 19.00 WIB -21.00 WIB
Pemateri : Emi Sudarwati
Topik : Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku
Peresume : Ulil Maghfiroh, S.Pd. (Ummu Aisyah)
Senang sekali pada pertemuan hari Senin 08 Juni 2020 bertemu dengan salah satu guru hebat yang di miliki Indonesia yaitu Ibu Emi Sudarwati. Beliau adalah Guru Bahasa Jawa SMPN 1 Baureno Bojonegoro, Jawa Timur. Pegiat Literasi Guru dan Siswa Indonesia. Beliau pernah menjadi Juara 1 Nasional Guru Inobel. Beliau juga sudah banyak menerbitkan buku ber-ISBN.
Pada kesempatan ini Bu Emi membagikan pengalamannya memulai kegiatan tulis menulis hingga bisa menerbitkan lebih dari 460 buku ber-ISBN dan membawanya berkeliling nusantara bahkan dunia.
Berikut ini resume materi dari kegiatan belajar menulis online di grup wahtsapp pada pertemuan keempat.
Pada tahun 2013. Penulis bergabung dengan sebuah kelompok penulis di Bojonegoro. Namanya PSJB (Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro). Di sana penulis banyak berjumpa dan berkenalan dengan penulis-penulis senior. Dari orang-orang hebat di dunia tulis-menulis itu, akhirnya penulis mendapatkan pencerahan. Bahwa karya siswa yang sudah terkumpul bisa diterbitkan dengan ISBN (Internsional Standart Book Nomber).
Pada awal tahun 2014 ini terbitlah Kumpulan Cerkak karya Emi Sudarwati dan Siswa SMPN 1 Baureno dengan judul buku LUNG. Pada penghujung tahun 2014. Kembali bekerja sama dengan PSJB, penulis menerbitkan buku karya Emi Sudarwati dan Siswa SMPN 1 Baureno.
Pada tahun 2015 ini, penulis ditugaskan untuk mengikuti lomba inobel tingkat nasional. Awalnya ada rasa tidak percaya diri. Namun tidak disangka, ternyata dapat panggilan sebagai finalis inobelnas. Bersama 102 guru dari seluruh Indonesia, penulis diundang ke Jakarta untuk presentasi.
Pada tahin 2016, penulis ditugaskan mengikuti seleksi guru prestasi tingkat Kabupaten Bojonegoro. Ternyata tidak sia-sia. Karena bisa menduduki juara ke tiga dari tiga puluhan peserta.
Pada tahun yang sama, penulis kembali mengirimkan karya inobel. Kali ini bukan atas inisiatif bapak kepala sekolah, tetapi keinginan penulis sendiri. Karena pengalaman tahun 2015 lalu begitu menginspirasi. Kali ini bukan karya baru. Namun karya lama yang diedit, dengan tambahan sesuai yang diberikan oleh dewan juri. Alhasil, mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK (Seni, Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal). Tidak lama seusai lomba, penulis mendapat panggilan untuk short Course di Negeri Belanda. Belajar sistem pendidikan di negri kaum penjajah yang super maju itu. Berkunjung ke dua universitas terbaik, yaitu Windesheim dan Leiden. Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik, yaitu Van Der Capellen dan lain-lain. Bukan hanya itu, semua peserta diajak berwisata ke Volendam, menyusuri Kanal Amsterdam dan mampir ke Brussel-Belgia. Sepulang dari Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop menulis jurnal di Kota Bali. Lagi-lagi, di samping belajar juga bisa berwisaya keliling kota terindah di negeri ini. Kali ini, semua peserta mendapat materi merubah naskah inobel menjadi jurnal. Tentu ini bukan hal kecil, karena naskah tersebut akan dimuat dalam jurnal berkelas nasional. Nama jurnalnya adalah DEDAKTIKA.
TAHUN 2017
Tidak berhenti sampai di situ. Beberapa bulan berikutnya. Penulis diundang untuk mengikuti workshop Literasi di Kota Batam. Tidak ingin melewatka kesempatan, beberapa peserta menyempatkan mampir ke negara tetangga, yaitu Singapura. Sehari di kota lion, melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura. Penulis lalu mengajak teman-teman alumni finalis inobelnas untuk menulis bersama dalam satu buku. Penulis menyebutnya dengan istilah Patungan Buku Inspiratif. Bukan hanya karya yang bersifat ilmiah. Namun dalam grup tersebut juga menerbitkan kumpulan cerita inspiratif, berbagi pengalaman mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih banyak lagi buku-buku lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan bukan hanya menerbitkan buku-buku patungan. Namun saat ini lebih banyak menerbitkan SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI (Satu Buku Siswa Indonesia).
TAHUN 2018
Ratusan buku lahir dari grup Patungan Buku Guru Inspiratif. Karena sejak tahun 2018 ini lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup dirubah. Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif (PBI).
TAHUN 2019
Penulis mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku. Karya ini ditulis berdua dengan suami. Semoga dengan lahirnya buku tersebut, ikatan pernikahan penulis dengan suami semakin bahagia. Selanjutnya, di tahun yang sama. Penulis ingin menerbitkan 2 buku tunggal dan beberapa buku patungan. Buku tunggal yang pertama berbahasa jawa, yaitu pengalaman selama haji dan umrah. Sedangkan buku tunggal yang ke dua adalah ini, Menulis dan menerbitkan Buku sampai Keliling Nusantara dan Dunia. Alhamdulilah impian ini bisa menjadi nyata. Adapun untuk patungan, seperti biasa saja. Yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno dan bersama grup Patungan Buku Inspiratif. Juga menulis bersama penerbit Pustaka Ilalang,
Simpulan:
Buku adalah bukti sejarah. Merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini. Oleh karena itu, saya ingin mengabadikan setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah buku. Setiap karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri. Semoga buku sederhana ini mengispirasi banyak orang. Nuwun nuwun.
Resume diatas adalah materi yang saya dapatkan di grup wa kelas belajar menulis yang dipaparkan oleh Bu Emi. Banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari pengalaman menulis bu Emi. Salah satu diantaranya adalah jika ingin konsisten dalam menulis kita haru memiliki komitmen yang kuat untuk menulis, untuk apa kita menulis, dan bu Emi menjelaskan bahwa beliau menulis untuk mengukir sejarah. Beliau juga menuturkan nahwa menulis itu keterampilan jadi kita harus terus melatihnya agar keterampilan menulis kita semakin baik kedepannya. Cara yang bisa kita lakukan untuk melatih keterampilan menulis kita menurut bu Emi adalah dengan membaca, membaca, dan membaca kemudian menulislah lalu editlah. Begitu seterusnya hingga keterampilan menulis kita semakin baik. Tidak perlu ragu untuk menulis karena setiap karya pasti akan menemukan takdirnya. Kata-kata dari Bu Emi ini yang semakin membangkitkan semangat saya untuk menulis. Beliau juga memberikan tips bagaimana cara membagi waktu untuk menulis, beliau menjelaskan bahwa beliau secara konsisten setiap hari menulis selama 10-20 menit baik itu dari HP, maupun laptop. Jadi masih ada 23jam lebih yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Jadi tidak ada alasan untuk tidak punya waktu untuk menulis. Hanya bagaimana kita untuk terus konsisten menulis.
2 komentar
Keren bu.. Lengkap
REPLYHebat Bu guru
REPLYTerima kasih sudah mampir di blog kami. :) kritik dan saran yang membangun dari anda sangat berarti bagi perkembangan blog kami kedepannya...