Kamis, 11 Juni 2020

Belajar Menulis Gelombang 12
Pertemuan 5         : Rabu, 10 Juni 2020
Waktu                   : 19.00 WIB -21.00 WIB
Pemateri               : Agung Pardini
Topik                    : Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku
Peresume              : Ulil Maghfiroh, S.Pd. (Ummu Aisyah)

Alhamdulillah masih diberikan kesempatan untuk belajar menulis di kelas WAG Belajar Menulis gel 12. Kali ini pada pertemuan kelima kami para peserta berkesempatan untuk mendapatkan ilmu dari Guru Agung. Nama lengkap beliau adalah Agung Pradini, dan beliau biasa di panggil Guru Agung. Mendengar namanya saja pasti di pikiran kita beliau pastinya seseorang yang sudah memiliki banyak pengalaman di dunia tulis menulis, dan benar sekali saat saya membaca profil beliau sudah banyak pengalaman dan program-program kegiatan yang beliau kembangkan. Sejak tahun 2008 hingga sekarang ini, Guru Agung aktif di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa untuk menjalankan amanah pengelolaan dana zakat, infaq, dan shodaqoh agar disalurkan menjadi program-program pemberdayaan di bidang pendidikan bagi kemajuan ummat. Selain melatih para guru, bersama rekan-rekan satu timnya di Dompet Dhuafa, Guru Agung di beri beragam amanah untuk merancang dan mengelola program-program inovatif di bidang pendidikan yang berhasil menjangkau hingga 34 provinsi. Membaca profil beliau saja sudah membuat kami para peserta bersemangat untuk mengikuti kegiatan materi pada pertemuan kelima ini.

Guru Agung


Seperti topik sebelumnya pada kesempatan ini pemateri juga akan berbagi pengalaman dalam menerbitkan buku. Dan pada kesempatan ini Guru Agung membagikan pengalaman beliau untuk menerbitkan buku-buku dari hasil tulisan guru binaan beliau melalui program dompet duafa yaitu Sekolah Guru Indonesia (SGI). Namun disini ada yang berbeda, beliau memberikan perspektif yang berbeda dalam urusan penulisan dan penerbitan buku di bidang pendidikan dan keguruan. Buku-buku yang diterbitkan dengan bantuan Guru Agung ini melalui program Dompet Dhuafa ini tidak dikomersilkan karena buku-buku yang diterbitkan adalah buku yang ditulis oleh guru binaan Sekolah Guru Indonesia dan nantinya akan dibagikan secara gratis buat guru-guru di daerah lain yang membutuhkan. Biaya penerbitan buku pun semuanya  dibiayai oleh donasi zakat yang dikelola oleh Dompet Dhuafa.

Guru Agung pun menuturkan bagaimana pengalaman beliau bekerja di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa. Kita terbiasa untuk mengajak para guru-guru yang mengabdi di daerah-daerah pelosok untuk menulis dan berkarya. Di tengah keterbatasan kondisi geografis dan budaya, aktivitas menulis dan berkarya ini memiliki tantangan sendiri buat para guru-guru di sana, tulis beliau di WAG. Berikut ini resume materi yang dipaparkan oleh Guru Agung di WAG.

Berikut ini beberapa kendala yang beliau tuliskan di WAG:

1. Gaya bahasa, ada beberapa istilah Bahasa Indonesia yang dimaknai secara berbeda di daerah.
2. Penggunaan komputer, banyak yang belum mengenal MS Office
3. Listrik, di beberapa wilayah hanya menyala di malam hari.
4. Ejaan yang (belum) disempurnakan

Nah bagaimana cara kita mengatasi kendala ini?

Salah satunya adalah dengan model pendampingan intensif.
Secara sabar para konsultan dan guru-guru relawan akan melakukan pendampingan dan bimbingan selama kurang lebih setahun. Tentu ini bukan tugas yang mudah. Butuh kesabaran dari para relawan. Dompet Dhuafa sendiri dibangun oleh para jurnalis senior Republika di era-era awal. Sehingga setiap program yang kami kerjakan buat pemberdayaan guru di daerah harus memiliki produk buku atau tulisan. Ada beberapa ragam jenis kegiatan menulis dan berkarya yang biasa kita berikan kepada guru-guru di pelosok.

Outputnya tidak harus buku, ada yang berbentuk PTK, jurnal, media pembelajaran, puisi, dan lain sebagainya. Berikut contoh-contohnya.


Nah buku ini adalah kumpulan tulisan dari para guru terkait dengan inovasi pembelajaran yang telah mereka hasilkan, baik dalam bentuk inovasi metode ataupun media. Ini murni diangkat dari  pengalaman-pengalaman mereka. 



Kalau ini kurang lebih mirip dengan buku yang di atas. Kami punya genre buku-buku yang lain. Sifatnya adalah kisah-kisah inspiratif dari para pejuang muda pendidikan yang mengabdi sebagai guru-guru di daerah pelosok. 

Dua buku bercerita banyak tentang pengalaman para guru-guru muda yang mengajar hingga ke pelosok negeri.

Ada yang di kepulauan
Ada yang di hutan dan pegunungan
Dan ada yang di pelosok kampung

Guru Agung juga menuturkan bahwa pernah ada guru muda kami yang meninggal dalam tugas di penempatan. Dan saat sebelum meninggal, beliau sempat menulis pada buku di atas (warna coklat). Akhirnya nama beliau kami abadikan menjadi nama sebuah penghargaan bagi guru-guru terbaik SGI.

Jamilah Sampara Award.

Tak berhenti disini, Guru Agung juga membagi kisah bagaimana cara mengajarkan guru-guru kami menulis.

Kami punya cara yang unik, tutur beliau.

Yakni dengan menulis "Jurnal Perjalanan Guru" tambah Guru Agung di chat WAG.

Jurnal ini wajib dikerjakan oleh setiap guru yang sedang mengikuti proses pembinaan di kampus SGI. Setiap malam mereka harus menulis pengalaman mereka selama si siang hari. Modelnya bisa macam-macam. Ada yang curhat, sampai ada yang membahas suatu teori kependidikan dan kepemimpinan. Setelah pagi tiba, sebelum beraktivitas dalam pembinaan, semua jurnal tasi dikumpulkan untuk diapresiasi dan ditanggapi. Jadi ini bisa jadi semacam refleksi dan evaluasi.

Namun menurut beliau hal ini tentu tidaklah cukup, harus ada upaya lain, yakni banyak-banyak membaca. Kalau gak banyak baca, ya gak bakal banyak menulis. Ini melatih kepekaan literasi. Makanya kita adal bedah buku rutin. Ada yang harian, ada yang pekanan. Selain bedah buku, untuk memantau kemajuan bacaan para guru, setelah apel biasanya ada aktivitas "Semangat Pagi". Yakni memberi motivasi secara bergantian, dengan menggunakan kata-kata yang dinukil dari para tokoh. Ini efektif juga buat meningkatkan kepekaan literasi buat para guru.

Beliau sangat percaya bahwa menulis buat para guru adalah lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa percaya diri.



Sebagai tambahan beliau menunjukkan sebuah buku yang ditulis beliau bersama Tim Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa. Buku ini merupakan kumpulan tulisan tentang cara-cara pengelolaan sekolah secara efektif dan efisien. 

Dan seperti biasa di akhir ada kesimpulan materi dari pemateri. Beliau mnyimpulkan: 
1. Saya pribadi merasa bahwa merangkai kata dalam bentuk tulisan ini bukan pekerjaan mudah. Kita mesti bersabar. Kalau mau lancar harus banyak membaca dulu.
2. Cobalah menulis dengan apa yang sering kita pikirkan, kita lakukan, dan yang sering kita katakan. Buat mencari ide, butuh teman diskusi, butuh temen nongkrong setia, butuh komunitas.
3. Menulis ini melatih ketajaman pikiran dan memperhalus budi pekerti. Maka menulislah, maka engkau "ada".

Sebuah kata penutup yang cukup dalam dari Guru Agung yakni Menulislah, maka engkau "Ada".


PROFIL GURU AGUNG

Kecintaannya terhadap kisah-kisah kepahlawan mengantarkannya  menjadi guru sejarah dan IPS sejak tahun 2001. Saat pertama kali mengajar, guru yang bernama asli Agung Pardini ini kala itu masih menempuh S1 Pendidikan Sejarah dengan tambahan program minor Antropologi di Universitas Negeri  Jakarta (UNJ). Dalam waktu delapan tahun (2001-2008), setidaknya pernah mendapat kesempatan mengajar pada belasan institusi yang berbeda, mulai dari sekolah formal (SMP dan SMA), Bimbingan Belajar, Program Pengayaan Ujian, hingga Pembelajaran Paket Non-Formal atau PKBM.

Sejak tahun 2008 hingga sekarang ini, Guru Agung aktif di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa untuk menjalankan amanah pengelolaan dana zakat, infaq, dan shodaqoh agar disalurkan menjadi program-program pemberdayaan di bidang pendidikan bagi kemajuan ummat. Mula-mula ia bertugas sebagai trainer pendidikan untuk melatih ribuan guru yang mengabdi di sekolah-sekolah marjinal di berbagai  wilayah Indonesia.

Selain melatih para guru, bersama rekan-rekan satu timnya di Dompet Dhuafa, Guru Agung di beri beragam amanah untuk merancang dan mengelola program-program inovatif di bidang pendidikan yang berhasil menjangkau hingga 34 provinsi.

Program-program tersebut antara lain:
1. Pendampingan Sekolah dan Pengembangan Guru di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi (Donatur: JICA), 2008-2010
2. Pendampingan Sekolah Berdaya di Sumatera Barat Pasca Gempa Bumi besar, 2010-2012
3. Pelatihan Guru Cerdas Literasi (Donatur: Hypermart), 2010
4. Pelatihan Guru Cerdas Literasi (Donatur: Majelis Taklim Telkomsel), 2009
5. Pengembangan Sekolah Cerdas Literasi (Donatur: Trakindo), 2010-2013
6. Pendampingan SMK Unggulan Bidang Alat Berat (Donatur: Trakindo), 2013
7. Pendampingan Sekolah-Sekolah di Perbatasan Indonesia: 2012-2013
8.     Pengiriman Guru-Guru SGI (Sekolah Guru Indonesia) ke berbagai wilayah pelosok atau 3T, 2014-2015
9.     Membentuk School of Master Teacher di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan NTB, 2014-2020
10.   Mengembangkan alat ukur performa Sekolah yang disebut MPC, 2012-2013
11.   Mengadakan diklat kepala sekolah: Milenial Leader, 2019
12.  Membangun kerjasama penyelenggaraan kelas Magister Manajemen Pendidikan Islam bersama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016-2018
13.   Mengembangkan model Sepuluh Kepemimpian Guru Indonesia dan Gerakan Transformasi Kelas a
Ajar, 2018-2020

hingga 30 provinsi 
Hingga saat ini masih bekerja

2 komentar

lengkap Bu resumenya, salam literasi

REPLY

Kereeennnnn.. komplit bu Ulill

REPLY

Terima kasih sudah mampir di blog kami. :) kritik dan saran yang membangun dari anda sangat berarti bagi perkembangan blog kami kedepannya...

Life Journey of Ummu Aisyah . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates